”The Power of Kabah”
Apa yang saudara rasakan ketika pertama kali melihat Kabah? Pertanyaan tersebut tepat diajukan bagi mereka yang pertama kali berhaji atau berumrah, sebab jika diajukan kepada mereka yang sudah sering berhaji atau berumrah kemungkinan mereka memiliki jawaban yang sangat variatif bergantung terhadap kondisi hati dan kesalehannya.
aBisa jadi jawabannya sangat amat rindu berkali-kali lipat sehingga keinginan untuk melihat Kabah sangat tinggi ibarat menyimpan kerinduan yang sangat dahsyat dan mendalam, bagaikan seorang kekasih yang terpisah lama tidak berjumpa kemudian dipertemukan kembali. Jawaban mereka yang sudah sering berhaji/umrah itu bisa pula perasaannya biasa-biasa saja, sama dengan melihat benda-benda atau tempat-tempat bersejarah lainnya. Hal ini terjadi karena memang sudah terbiasa atau memang Kabah sudah dianggap tempat yang sama dengan yang lainnya sehingga ia memandang Kabah dengan perasaan yang sama. Pada saat seperti ini bisa jadi yang bersangkutan telah kehilangan Kabah dalam hatinya (lost the power of Kabah).
Pengalaman penulis ketika melihat Kabah pada tahun 2001 memberikan kesan yang sangat luar biasa, ada energi yang mampu menjadi magnet bagi hati ini untuk terus-menerus memandang Kabah bahkan ketika tawaf ingin lebih dekat dengan Kabah. Lebih dari itu kalau memungkinkan ingin bersandar atau memeluk Kabah. Gejolak emosional hati dalam memandang Kabah kadang-kadang membuat pikiran tenang, hati lapang, senang bukan kepalang, bahkan tidak terasa air mata berkaca-kaca bahkan berlinang mengalir di pipi lalu jatuh sedikit-sedikit. Ketika itu detak jantung berjalan cepat, ada rasa menyesal dalam hati atas dosa-dosa yang telah dilakukan karena lalai kepada Allah swt. Rasanya ingin sekali bertemu dengan Allah swt karena rasa rindu yang begitu sangat dan dahsyat. Memang pertemuan itu pasti akan terjadi bahkan orang-orang beriman di surga kelak akan memandang Allah swt dengan wajah yang berseri-seri (Al-Qiyamah, [75]: 22-23). Menurut beberapa riwayat, konon semua kenikmatan di surga akan kalah oleh kenikmatan memandang wajah Allah swt, semua terlupakan yang diingat ketika itu hanya wajah-Nya saja.
Memandang Kabah berbeda dengan memandang tempat-tempat lain yang juga mengagumkan seperti Menara Eifel, Menara Visa, bangunan-bangunan di Petra Yordania, Piramida, dan Spink di Mesir dan sebagainya. Kabah itu luar biasa, sesuai dengan namanya ”Kabah” ia bermakna bangunan yang berbentuk kubus, ia adalah ”bayt al-‘atiq/rumah tua” (Al-Hajj, [22]: 29, 33), rumah yang pertama kali dibangun di muka bumi, ia diperuntukkan bagi manusia yang diberkahi oleh Allah swt dan menjadi hidayah bagi semesta alam (Ali Imran, [96]: 3).
Berdasarkan hal-hal tersebut, pantas kalau Kabah itu punya power, tetapi orang awam kadang-kadang keliru dalam memahami the power of Kabah tersebut. Kadang-kadang mereka memahami bahwa Kabah memiliki kekuatan, padahal tidak. Jika pemahaman ini sampai kepada keyakinan sehingga berubah dalam penyembahan, maka hal itu harus segera diperbaiki, karena akan mengantarkan kepada perbuatan syirik. Ia harus segera bertobat, membaca istigfar dan kembali kepada tauhid. Sebab Kabah itu hanyalah bangunan biasa yang ia boleh hancur tetapi oleh Allah swt diberikan keistimewaan yang menyebabkan manusia haru mengelilingi (tawaf) dan memandangnya. Dengan demikian, jelas bahwa hakikatnya Allah swt yang membawa hati kita untuk jatuh hati kepada Kabah sehingga rindu ingin selalu melihat, mendekat, dan merekat. Lebih dari itu, karena saking cintanya kepada Allah swt, lahirlah sifat tawakal yang mampu melahirkan kerelaan bahwa jiwa raga kita, hidup dan mati, salat dan ibadah-ibadah lainnya dipersembahkan untuk Allah swt semata (Al-Anam, [6]:162). Jadi, mengapa harus takut kepada yang lain? Tak perlu takut hilang harta, takut hilang jabatan, takut tidak diperhatikan, takut dibenci, dan sebagainya yang didominasi oleh materi. Takutlah kepada Allah! Tumbuhkan rasa, cita, dan cinta kepada Allah swt untuk segera dapat melihat Kabah. ***
Asep Ahmad Fathurrohman
Artikel ini telah diterbitkan di HU Pikiran Rakyat 14-08-2018