Genap satu bulan penangguhan ibadah umrah berlangsung. Tepatnya Kamis, 27 Februari 2020, visa umrah mulai ditutup. Gundah gulana tak dapat dielak­kan lagi. Sedih, menangis, dan ha­rap-harap cemas, bercampur aduk menyelimuti calon jemaah umrah Indonesia, bahkan di selu­ruh dunia. Entah kapan ibadah umrah akan kembali dibuka. Konon, ibadah haji pun masih dipertimbangkan.
Hal ini disebabkan, kekhawatiran dan kehati-hatian pemerintah Arab Saudi atas bahaya penularan wabah Covid-19. Virus corona menjadi buah bibir di dunia. Padahal ia hanyalah sejenis makhluk yang tak terlihat kasatmata oleh manusia. Pasti ada rahasia di balik semua itu.
Bagaimana menyikapi ditangguhkannya ibadah umrah? Sabar dan tawakal merupakan jawaban yang semestinya dimiliki oleh setiap hamba  dalam menghadapi kenyataan seperti ini. Berusaha maksimal dalam berikhtiar. Selanjutnya, berserah diri kepada Allah ’Azza Wajalla. Itulah tawakal.
Ar-Raghib Al Asfihani berpandangan, sabar adalah kuat atau tahan ketika dalam keadaan sempit maupun sulit. Menurut Ibnu Qayyim Al Jauzi, sabar yakni menahan diri dari rasa gelisah, cemas, dan amarah; me­nahan lidah dari keluh kesah, menahan tubuh dari kekacauan. 
Sabar merupakan upaya menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan, atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci. Mau tidak mau, suka tidak suka, inilah fakta dan kenyataan regulasi pemerintah Arab Saudi yang belum membuka kesempatan untuk ibadah umrah.
Hanya dengan sabar dan tawakal kita akan menikmati jamuan Allah swt. ”Maka, apabila kamu telah membulatkan tekad, hendaklah berserah diri kepada Alloh ’Azza Wajalla. (QS Ali Imran ayat 159). 
Demikian pula halnya dengan sikap sabar. Alquran menggambarkan bagaimana karakter me­reka mampu merefleksikan pesan-pesan nilai, ikhlas, berani, tabah, dan rida. Seyogianya da­lam situasi dan kondisi seperti ini, kita harus cerdas menjalan­kan dominasi potensi ilahiah untuk menahan diri. ”Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan Allah me­lalui salat dan sabar. Sesungguhnya Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah ayat 153). 
Sebagai contoh ujian yang diberikan Allah ’Azza Wajalla terhadap Nabi Ayub. Itu memberikan isyarat buat kita, agar menempatkan Allah swt di atas segala yang dapat kita pikirkan. 
Penangguhan ibadah umrah tidak kebetulan. Pasti hal ini sudah didesain oleh Allah swt, dan tercatat di lauhulmahfuz, sesuai dengan kodrat dan iradat-Nya. Ini adalah bagian dari melurus­kan niat umrah. Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah ha­nya karena Allah. (QS Al Baqa­rah ayat 196). 
Semakin lama tempaan ujian terhadap seorang hamba, sema­kin kuatlah pribadi keimanannya. Tidak ada perubahan pada ketetapan Allah, artinya apa yang Allah takdirkan pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. ”Dan bersabarlah da­lam menunggu ketetapan Robbmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Robbmu, ketika kamu bangun berdiri.” (QS At-Thur ayat 48). 
Pasti indah pada saatnya, ketika ibadah umrah dibuka wasilahnya oleh pemerintah Arab Saudi, tetapi hakikatnya Allah yang menetapkan. Di sana akan terpancar kembali rintihan suci para pencari rida Ilahi. 
Mereka akan bersimpuh di tempat-tempat mustajabah, se­raya menyampaikan kerinduannya kepada Allah Azza Wajalla. Inilah buah sabar dan tawakal. 
Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertawakal dan merindukan orang-orang yang sabar. Semoga kita termasuk di dalamnya. Wallaahualam bissawab.***

Nandang Koswara
Pembimbing Haji Khusus 
dan Umrah Qiblat Tour

Artikel ini telah diterbitkan di HU Pikiran Rakyat